Model Budaya Bilateral Layak diterapkan
Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan, model budaya parental atau bilateral masyarakat Jawa dapat menjadi salah satu model dalam mentransformasikan dan melembagakan sistem demokrasi bersama di kawasan Asia Pasifik, sehingga partisipasi dan peran politik perempuan semakin kuat dan mengarah kepada titik keseimbangan.
"Model ketiga antara perempuan dan laki-laki sebagai satu sub kultur dominan dimasyarakat Indonesia dimana hubungan antara keluarga ayah (laki-laki) sama pentingnya dengan keluarga perempuan (garis ibu),"paparnya saat memberikan sambutan Asia Pasifik Woman Parliamentarians and Ministers Conference on Young Women and Girls yang diselenggarakan oleh Indonesian Forum of Parliamentarians on Population and Development (IFPPD), di Jakarta, baru-baru ini
Menurutnya, kawasan Asia Pasifik merupakan salah satu kawasan yang sangat dinamis dan plural, baik dari segi etnik, agama, budaya, ras dan sebagainya.
Ketua DPR menilai, kemitrasejajaran antara perempuan dan laki-laki merupakan tuntutan dan kebutuhan mendesak bagi kita. "Ini semua tidak mudah dalam proses transformasi dan komitmen itu,"jelasnya.
Indonesia secara sub kultur, jelasnya, memiliki nilai yang menarik secara sosial budaya. Seperti adat masyarakat bali yang menganut sistem patrilineal dimana garis bapak lebih penting dibandingkan ibu.
Sementara masyarakat sumatera barat menganut sistem matrilineal yang mengutamakan garis perempuan. Di Indonesia, lanjut Ketua DPR, meskipun masyarakat agraris ternyata insinyur pertaniannya sebagian besar perempuan. "Ini membuktikan bahwa perempuan tulang punggung bangsa dan negara dalam ketahanan pangan,"jelasnya dengan nada bangga.
Dia menambahkan, Indonesia telah menjamin keterlibatan perempuan di dalam berbagai sektor melalui UU No. 12 tahun 2003 tentang pemilu DPR, DPD, dan DPRD. "Semangat dari UU ini adalah mengakselerasi kualitas dan kuantitas peran perempuan di parlemen,"kata mantan Sekjen partai Demokrat. (si)